Rabu, 15 Maret 2017

Pria Kesepian

Umurnya sudah tidak muda lagi, usianya mungkin hampir menginjak 40 tahun atau bahkan lebih. Kesepian adalah teman sejatinya. Tidak normal? Mungkin itu yang dikatakan orang orang disekitarnya. Idiot? Bukan, dia manusia yang normal, mampu berfikir, mampu bekerja, mampu berjalan walaupun terseok-seok, mampu bicara walaupun lambat dan tidak jelas. Kadang dia menatap nanar, iri dengan orang orang yang berjalan santai bersama keluarganya, kadang dia menatap langit dengan tatapan kosong seakan berharap keadilan dari Sang Maha Kuasa. Kata orang Tuhan itu adil, tapi apakah keadilan itu berlaku untuk dia?

            Dia tidak hidup sebatang kara, dia hidup bersama keluarganya, lebih tepatnya keluarga tirinya. Ayah kandung, ibu tiri dan 2 saudara tiri lainnya. Tentu ini bukan kisah cinderella, namun mungkin beberapa bagian hidup cinderella sama dengan apa yang ia alami. Pria kesepian, mungkin itu julukan yang tepat untuknya. Pria kesepian ini selalu bekerja dengan giat setiap harinya, menggunakan pakaian lusuh yang sudah 3 hari tidak ia ganti, bulu tebal menghiasi wajah polosnya, dengan membawa cangkul ia pergi ke kebun tempat dimana ia bisa menghasilkan uang, bukan, bukan kebun miliknya, tapi kebun milik orang lain yang dititipkan kepadanya untuk dibersihkan.


            Setiap hari dia selalu membawa uang, uang hasil keringatnya sendiri, tidak banyak namun cukup untuk membeli makanan penghilang rasa lapar, namun sayang karena sikapnya yang terlalu baik, ia memberikan seluruh uangnya kepada ibu tirinya. Memberi? Hmm kurasa kata yang tepat di paksa memberi bukan memberikan. Padahal ia hanya ingin membeli makanan ringan untuk dirinya, dia hanya ingin membeli teh dalam kemasan untuk penghilang dahaganya dikala terik menyapa, hanya itu. Apakah berlebihan? Pria ini haus akan kasih sayang, apakah dia harus kehausan air juga?

            Kala siang saat dia pulang bekerja, saudara saudaranya memanfaatkan tenaga si pria kesepian dengan tubuh yang kelelahan itu untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah, pekerjaan rumah yang bahkan bukan tugasnya, jika ada suatu kesalahan yang ia perbuat maka makian lah yang akan ia terima. Jika bicaranya tidak jelas maka hinaanlah yang ia dapat. Tatapan sinis, dan kata kata yang menyakitkan adalah menu makanan nya setiap siang menjelang sore. Istirahat? Jangan harap istirahat ada dalam jadwal kegiatannya, hanya malam hari tempat  ia bersandar dari kejamnya siang hari, dan hanya gelap yang senantiasa menunggunya untuk mencurahkan keluh kesah yang telah terang berikan. Gelap dan terang hanya 2 warna itu yang ia tau, tidak ada warna lain dalam hidupnya.

            Ayah kandungnya? Sudahlah tidak ada yang bisa ia harapkan dari ayah kandungnya, ayah kandung yang hanya berdiam diri melihat anak kandungnya tersiksa. Namun tetap saja ia dengan ikhlas membantu keluarganya. Sebanyak apapun hinaan yang ia dapat namun hanya keluarga ini yang ia punya. Tatapan iri yang ia tunjukkan saat kakak dan adiknya menikah menggambarkan jelas betapa tersakitinya hati itu. Air mata yang membendung yang sekuat tenaga ia tahan sudah menggambarkan dengan jelas betapa tersiksa batin nya. 

Jauh didalam lubuk hatinya, Pria kesepian ini ingin mempunyai keluarga kecil yang hidup berbahagia, istri yang menerimanya apa adanya, dan anak yang membantunya berusaha berjuang untuk melanjutkan hidup, namun, Siapa yang ingin menikahi si idiot yang tidak sempurna ini? Apakah ada wanita yang bisa sabar berbicara dengannya walaupun suaranya tidak jelas? Bagaimana mungkin pikiran itu terbesit di dalam otaknya? Kenapa harus dia? Kenapa bukan orang lain yang menerima cobaan ini? Mungkin itu yang selalu ia fikirkan.

            Beruntunglah orang disekitarnya masih ada yang berbaik hati kepadanya. Beruntunglah ia mendapat belas kasihan dari orang orang disekitarnya. Kadang mereka memberikan pakaian kepadanya, kadang pula mereka memberikan sebungkus nasi untuknya menghilangkan rasa lapar walaupun ia harus memakannya secara diam diam agar keluarganya tidak tahu. Sifatnya yang polos dan keramahan hatinya lah yang membuat ia disukai walaupun tidak jarang orang yang menganggapnya aneh.

            Tuhan... pria kesepian ini ingin dicintai
            Tuhan... pria kesepian ini ingin merasakan hangatnya kasih sayang keluarga
            Tuhan... pria kesepian ini butuh dekapan hangat
            Tuhan... Ku mohon dengan sangat...
            Bantulah pria kesepian ini
            Bantulah pria kesepian ini menemukan akhir yang bahagia
            Seperti cerita dalam dongeng Cinderella(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar