Jumat, 20 Mei 2016

Senja di tepi jalan Tendean




Senja di tepi jalan Tendean

Kala itu sekitar pukul 17.30 di tepi jalan Tendean, Jakarta Selatan. Senja di tepi jalan Tendean sore itu sangat indah. Aku keluar gedung Trans TV sehabis interview untuk pekerjaan yang ku-lamar. Kulihat didepan gray toko Seven Eleven dia masih menunggu dengan sabar, sekita 3 jam dia menungguku. Kupikir dia akan sedikit marah karena menungguku terlalu lama, dari kejauhan dia melihatku sambil tersenyum, aku pun mendekat dan bersyukur ternyata dia tidak marah dan dengan lembut dia bertanya:

“Gimana interviewnya? Lancar?” senyum indah terpasang diwajahnya
“Lancar” jawab ku membalas senyumnya

Lalu aku menceritakan bagaimana proses interview yang ku jalani, dia adalah pendengar yang baik. Suasana saat itu sungguh indah, senja di tepi jalan Tendean yang terlukis begitu sempurna dengan gradasi warna yang rupawan membuat suasana semakin menenangkan, hilir mudik kendaraan yang tidak terlalu ramai menambah view senja di tepi jalan Tendean  itu semakin cantik. Kupikir senja kala itu adalah senja yang sangat mengesankan, ditambah ada dia yang menemani.

Setelah aku selesai bercerita kemudian giliran dia yang bercerita, dia menceritakan tentang kisah hidupnya, hidup keras yang ia jalani hingga membentuk dirinya yang mandiri. Bagaimana cara dia mencari pekerjaan untuk biaya kuliahnya, bagaimana cara dia mencari uang untuk membiayai adik-adiknya, dan semua cerita inspiratif yang sangat menyentuh dan memberikan semangat untuk diriku sendiri.

Saat dia sedang bercerita diam diam aku memotret silhouette dirinya dengan background warna indah senja di tepi jalan Tendean

Ada satu kalimat yang dia lontarkan begitu melekat di otak ku, dia berkata "Hidup itu seperti senja, walaupun redup namun selalu ada warna warna indah yang menghiasi. Aku rasa senja ditepi jalan Tendean saat ini, adalah senja terindah yang pernah ku rasakan"

Saat itu aku menyadari 2 hal, senja adalah warna yang paling kusukai dan kamu adalah orang yang paling ku sukai.(*)